Amanat Agung bagi pengikut Kristus terkadang dipahami tunggal, hanya dari teks Matius 28 : 19 – 20; padahal Injil menyediakan ragam Amanat Agung dari Tuhan Yesus, antara lain dalam Markus 16:15 yang berbunyi : Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. Mengacu pada teks tersebut (Markus 16:15) maka panggilan gereja bukan hanya sekedar ke dalam, melainkan juga ke luar (ke segenap makhluk); dan itulah yang telah, sedang dan akan dilakukan gereja. Pelayanan lintas gereja, lintas iman dan lintas pulau harus dikerjakan dengan sungguh2 oleh gereja dan melalui PPSM (Pusat Pelayanan Sosial Masyarakat) sebagai kepanjangan tangan dari GKI Sinode Wilayah Jawa Barat; pelayanan kepada sesama baik lintas gereja, lintas iman maupun lintas pulau telah dan akan terus dikerjakan sebagai Amanat Agung Tuhan.
Ada banyak karya dan pelayanan yang telah dilakukan, di awal wabah pandemi Covid-19; seperti pada saat keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD), GKI mendistribusikan APD medis ke lebih dari 200 rumah sakit dan puskesmas di berbagai wilayah di Indonesia. Jemaat-jemaat di tengah keterbatasannya mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pokok anggota jemaat dan warga sekitar gereja.
Ketika bencana melanda di beberapa daerah, GKI hadir, baik di masa tanggap darurat maupun di masa pemulihan; seperti pada kejadian bencana seroja di NTT, GKI membangun 4 sekolah permanen yang porak poranda; pemulihan ekonomi nelayan dengan perbaikan kapal-kapal, perbaikan 10 hektar tambak, pengadaan 3 unit kapal nelayan, pembukaan lahan pelelangan ikan; pemulihan ekonomi petani dengan pembibitan jagung dan padi seluas 40 hektar; pembangunan rumah-rumah permanen; pengadaan air bersih baik untuk konsumsi maupun pertanian; serta menjalankan program perbaikan gizi balita, di berbagai kabupaten di NTT. Demikian pula pada bencana gunung Semeru, GKI juga hadir memberdayakan kembali lahan-lahan pertanian, serta menggerakkan unit usaha alternatif dengan pendampingan, di beberapa desa.
Semua karya pelayanan tersebut kita yakini dikerjakan dengan kesungguhan dan ketulusan; hanya saja terkadang kita menemukan beberapa pihak yang tidak bertanggung-jawab dan bahkan tidak terlibat langsung, tetapi mengklaim karya pelayanan gereja sebagai pekerjaan mereka dan tentunya publikasi tersebut dengan tujuan untuk keuntungan pribadi. Hal tersebut terkadang menimbulkan dilema terkait karya pelayanan gereja. Perbuatan baik yang gereja lakukan saat2 ini, sebaiknya harus bagaimana? Perlukah diekspos supaya dapat juga menggerakkan orang lain, atau cukup sebagai tindakan tersembunyi yang kiranya hanya Tuhan yang melihat.
Di satu sisi ada kebutuhan akan transparansi, dokumentasi bahkan publikasi serta menghindarkan klaim2 pihak yang tidak bertanggung jawab; sedang di sisi lain ada ujian terkait ketulusan, keiklasan yang mensyaratkan ketersembunyian tindakan.
Yesus dalam Matius 5:13-16 berbicara tentang identitas/jati diri murid2Nya…..mereka adalah garam dunia dan terang dunia, dan ketika kita perhatikan dua benda yang digunakan Yesus untuk memperlihatkan siapa murid2 di tengah dunia, maka kita menemukan dua cara kerja/tindakan yang berbeda bahkan mungkin kontradiktif. Garam bekerja dengan tidak terlihat, meleburkan diri dalam masakan, tetapi kemudian menghadirkan cita rasa baru dalam masakan. Dengan kata lain, garam bekerja tidak terlihat tetapi dapat dirasakan (Seperti angin; yang juga Yesus pernah pakai untuk menjelaskan pokok tertentu)
Sedang terang (kjv; candle. nrsv; lamp. tb; pelita) harus terlihat jika mau dikatakan dia berfungsi/bekerja. bahkan ada nada imperaktif dalam kalimat yang diucapkan Yesus, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik…..”
Yang menarik di sini bahwa kemudian Yesus tidak hendak mempertentangkan antara garam dan terang; antara pekerjaan baik yang tersembunyi ataupun pekerjaan baik yang terlihat; murid2 Yesus adalah sekaligus garam dan terang dunia. Dengan kata lain murid2 Yesus melakukan baik yang tersembunyi maupun yang terlihat…..atau mungkin lebih tepat adalah yang melakukan secara tersembunyi adalah murid Yesus; yang melakukan secara terlihatpun adalah juga murid Yesus.
Bagaimana kita memahami hal yang kelihatannya kontradiktif atau bertentangan ini..?
Dalam pemahaman dangkal saya, dua hal tersebut (garam dan terang; tersembunyi dan terlihat) tidak menjadi kontradiksi/bertentangan ketika kita meletakkannya pada peran masing2 yang berbeda dan saling melengkapi. Saya andaikan ketika khotbah di bukit, Yesus berkata kepada sebagian orang, “kamu adalah garam dunia”; dan kemudian kepada yang sebagian lain, “kamu adalah terang dunia”; jadi masing2 punya peran dan cara kerja yang berbeda tetapi saling melengkapi (bandingkan 1 Korintus 12:4-11; Roma 12:4-8)….ibaratnya Yesus berkata, “kalian itu artis dan kalian itu sutradara”; yang satu eksis terlihat ketika sedang bekerja, yang lainnya bekerja secara tersembunyi, dan keduanya saling melengkapi.
Hal lain di sini yang mau saya katakan, tersembunyi ataupun terlihat sama2 memiliki godaan atau potensi dosa bagi kita…., ketika yang menjadi pusat adalah diri sendiri. Oleh karena itu motivasi/dasar dan tujuan dari semua perbuatan baik kita (entah tersembunyi ataupun terlihat), adalah supaya memuliakan Bapamu yang di sorga (sebagaimana slogan lama yang tetap dipegang gereja, Soli Deo Gloria). Tersembunyi ataupun terlihat, motivasi dan tujuan kita sama, yaitu terlihat oleh Allah yang Maha Tahu.
Dari penjelasan di atas, ketika masih ditanyakan lagi kepada saya, mana yang baik, tersembunyi atau terlihat, maka saya akan menjawab, “Silahkan anda menurut kedewasaan rohani anda menentukan peran anda bagi dunia”. “Kiranya Tuhan memberi kita kebijaksanaan, dan menolong gerejaNya”.
Author
-
Penulis adalah Pendeta Jemaat dengan Basis Pelayanan GKI Pengampon Cirebon, Anggota PPDI GKI Sinwil Jabar
FOLLOW KAMI